
Kotamobagu, ZONABMR.COM – Di antara dentuman musik pembuka, sorakan penonton, dan atmosfer panas pertarungan malam final TCW Kotamobagu Baku Pukul Open Tournament, Sabtu, 19 Juli 2025, satu nama muda mencuri sorotan: Rafka Pobela.
Tidak seperti kebanyakan petarung yang mengusung aura garang dan tubuh berbalut otot, Rafka tampil sederhana.
Remaja 16 tahun ini lebih mirip siswa yang hendak ikut ujian sekolah daripada seorang atlet bela diri.
Tapi ketika kakinya menginjak kanvas, semuanya berubah.
Dalam partai final kelas under 52 kg, Rafka memperlihatkan teknik luar biasa.
Gerakannya ringan tapi terukur, serangannya cepat dan tajam.
Ia menghadapi lawan tangguh Indra Bayu Biloa, namun berhasil mengunci kemenangan lewat kombinasi tendangan dan kombo pukulan keras sebelum akhirnya menyudahi duel dengan pukulan liver kiri—teknik yang dikenal menyakitkan dan sulit diantisipasi.
“Saya fokus pada presisi dan kecepatan. Saat lawan lengah, itulah momen terbaik untuk menyelesaikan pertandingan,” ujar Rafka usai laga.
Latar Belakang: Lahir untuk Bertarung dengan Cara yang Benar
Rafka lahir di Kotamobagu, 9 Juli 2009. Ia merupakan anak kedua dari pasangan Yopi Pobela dan Herawati Putong, dan kini tinggal bersama keluarga di Kelurahan Bilalang II.
Semangat bertarungnya mulai tumbuh saat bergabung di Bogani Fighting Camp pada 2018, ketika usianya baru menginjak 9 tahun.
Saat ini, Rafka duduk di kelas 2 SMA Negeri 1 Kotamobagu.
Meskipun padat dengan latihan dan turnamen, ia tetap menjaga prestasi akademik agar seimbang.
Di luar ring, ia cukup aktif di media sosial, khususnya di Instagram lewat akun @rafkapbla, tempat ia membagikan aktivitas latihan dan motivasi bagi anak muda lainnya.
Rekam Jejak Prestasi
Turnamen Kotamobagu Baku Pukul tahun ini merupakan ajang kedelapan dan menjadi panggung besar kedua bagi Rafka di kota kelahirannya.
Sebelumnya, ia telah berhasil mengoleksi gelar juara saat ikut turnamen di Manado, Boltim dan Kotamobagu.
Semua prestasi itu ia persembahkan untuk keluarga, terutama kakaknya Serda Muhammad Riva Pobela yang tengah bertugas di Kalimantan.
Lebih dari Sekadar Kemenangan
Bagi Rafka, bela diri bukan hanya soal menang atau kalah. Lebih dari itu, ini adalah tentang disiplin, arah hidup, dan bentuk perlawanan terhadap kenakalan remaja.
“Stop jo ba nakal. Lebe bae se tunjung di ring,” kata Rafka. “Masih banyak pertandingan di depan, tetap latihan dan jangan cepat puas.”
Pesan ini ia tujukan bukan hanya untuk fighter muda di BMR, tapi juga untuk anak-anak sebayanya yang mungkin belum menemukan arah.
Idola dan Harapan
Dalam berkarier, Rafka mengidolakan sosok pelatih Andre Pakarianto—fighter yang menurutnya tidak hanya melatih teknik, tapi juga membentuk mental.
Ia berharap ke depan event seperti TCW Kotamobagu Baku Pukul akan terus digelar dan makin berkembang.
“Semoga makin banyak anak muda yang memilih ring sebagai tempat menyalurkan energi. Karena dari sini, kita belajar disiplin, tanggung jawab, dan menghormati lawan.”
Rafka Pobela bukan hanya petarung muda berprestasi. Ia adalah simbol dari generasi baru Kotamobagu yang memilih jalur positif untuk unjuk diri.
Dan dengan kemampuan, mental, dan semangat yang ia miliki, nama Rafka sangat mungkin jadi bintang masa depan bela diri Sulawesi Utara, bahkan Indonesia.