
ZONA BOLTIM – Ratusan peserta yang mengikuti Event Trail Adventure yang digelar di Desa Bukaka, Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Sabtu (26/3), mengeluhkan pelaksanaan event yang dinilai tidak siap secara teknis di lapangan.
Informasi diperoleh, ratusan peserta yang berasal dari berbagai daerah di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), bahkan ada yang dari luar Sulut, tersesat di dalam hutan lebih dari 12 jam akibat terjebak di jalur yang seharusnya tidak bisa dilalui oleh kendaraan mereka.
Bahkan ada peserta yang sampai kesasar di tengah hutan akibat tidak adanya penunjuk jalan dari panitia pelaksana.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber, hingga Minggu (27/3) siang, ternyata masih banyak rider yang belum sampai ke garis finish. Bahkan, diduga ada rider yang salah jalur hingga terjebak di dalam hutan.
Indra salah satu peserta yang berhasil dievakuasi menuturkan bahwa panitia dinilai lalai dalam mengantisipasi hal-hal yang diluar dugaan seperti yang terjadi hari ini.
“Panitia kami nilai gagal dan lalai dalam mempersiapkan segala hal teknis dalam event ini, hal ini jelas mengancam keselamatan peserta,” ujarnya.
Dirinya juga mengungkapkan bahwa ada banyak sekali pengendara yang terjebak di dalam hutan akibat jalur yang disiapkan ternyata sudah tidak wajar untuk dilalui kendaraan.
“Jangankan motor, sedangkan sapi saja tidak akan bisa lewat di jalur situ apalagi jalur tersebut sebelumnya sempat tergenang akibat hujan. Bahkan kami terpaksa membiarkan kendaraan kami terjebak di dalam lumpur yang dalamnya bahkan mencapai hampir satu meter,” ungkapnya.
Sementara, Rano salah satu peserta yang juga sempat terjebak di dalam hutan mengungkapkan bahwa salah satu kesalah panitia adalah tidak menyiapkan jalur alternatif untuk evakuasi.
“Hal ini membuat kami harus berbalik arah untuk kembali ke garis start, dan hal tersebut membuat penumpukan kendaraan di jalur yang sama, sehingga banyak yang terjebak di dalam hutan,” terang Rano yang juga ketua komunitas motor Trail terbesar di BMR yakni BMR TRAC.
Rano juga mengeluhkan kinerja panitia yang terkesan abai dengan hal-hal yang menyangkut dengan keselamatan pengendara.
“Kami juga menyayangkan tidak adanya langkah antisipasi dari panitia pelaksana setelah mengetahui telah terjadi banyak insiden di sepanjang jalur event, kami melihat justru Pemerintah Desa setempat bersama masyarakat yang turun langsung membantu evakuasi pengendara yang terjebak di sepanjang jalur,” lanjutnya.
Salah satu sumber yang tidak ingin identitasnya dipublikasikan mengatakan bahwa dirinya selama kejadian tidak lagi melihat keberadaan panitia di lokasi event.
“Jika kami tidak mengamuk terkait banyaknya rider yang terjebak, panitia justru hanya terkesan diam saja. Hal ini jelas memperlihatkan panitia tidak punya itikad baik untuk bertanggung jawab atas kejadian ini, sebab seharusnya segala bentuk resiko dalam event ini sudah harus diantisipasi oleh panitia,” tegasnya.
Yang sangat disayangkan tambah narasumber, para rider banyak yang kehabisan air dan belum sempat makan akibat terjebak.
“Sedangkan mereka belum makan dan sudah kehabisan air minum, kami jelas mengutuk keras hal-hal yang bisa membahayakan keselamatan seperti ini,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Riskie Lanusi kepada awak media menjelaskan bahwa pihak panitia dalam hal ini akan bertanggung jawab penuh tentang keselamatan rider dan kendaraan mereka yang sampai saat ini belum ter-evakuasi.
“Kami beserta Sangadi dan masyarakat setempat, sejak kemarin sore sampai saat ini masih tetap melakukan upaya dan alhamdulillah rider-rider yang mengikuti lomba semuanya selamat, meski masih ada beberapa motor yang belum sempat ter-evakuasi,” kata Riskie.
Ia menambahkan, terkait dengan kendaraan yang sudah ter-evakuasi dari medan ekstrem yang memakai biaya dari masing-masing tim sendiri, nantinya panitia akan mengkoordinasikan dengan para tim untuk ganti rugi.
“Dan motor-motor itu nantinya akan dilakukan pendataan oleh anggota IMI, siapa-siapa pemilik barang tersebut,” tandas Riskie. (*/guf)